Untuk mendapatkan bibit lele yang baik, pemijahan bisa dilakukan dengan tiga teknik, yaitu teknik pemijahan konvensional (sederhana), teknik pemijahan semi-intensif, serta teknik pemijahan intensif. Perbedaan antara teknik pemijahan konvensional dengan teknik pemijahan intensif dan semi-intesif adalah dengan penggunaan hipofisa yakni untuk merangsang kematangan gonad. Sedangkan perbedaan teknik pemijahan intensif dengan teknik pemijahan konvensional dan semi-intensif terletak pada proses pengeluaran sperma dan sel-telur, yang mana pada teknik pemijahan intensif, telur secara paksa dikeluarkan.
Pada artikel kali ini kita hanya fokus membahas 6 cara pemijahan ikan lele di jamin sukses dan untung dengan metode sederhana atau konvensional.
Cara Pembenihan Ikan Lele Metode Konvensional Adalah Sebagai Berikut:
Induk yang digunakan untuk menghasilkan bibit lele merupakan induk jantan generasi keenam (F6) dan induk betina generasi kedua (F2). Indukan lele sebenarnya sudah dapat dipijahkan saat berumur 9-10 bulan, dan di umur 1 tahun barulah produksi telur yang baik baru bisa di peroleh. Indukan telah siap dipijahkan kembali setelah 2-3 bulan setelah pemijahan sebelumnya.
Sebelum dipijahkan, kedua indukan (jantan dan betina) ditempatkan secara terpisah dalam kolam induk berukuran 1 x 1 x 1 m untuk setiap 1 kg induk. Akan lebih baik lagi apabila air yang digunakan untuk kolam induk jantan dan kolam induk betina itu sama dengan air yang mengalir dari kolam induk jantan ke kolam induk betina. Tujuannya adalah untuk merangsang kemauan kawin dari induk betina.
Pakan yang diberikan kepada calon induk adalah pakan yang mengandung cukup banyak protein. Kombinasi pakan yang tepat adalah pelet (25%) dan makanan tambahan berprotein tinggi lain (75%), misalnya daging keong, ikan kecil, daging bekicot, dan sebagainya. Perhari berikan lah jumlah pakan sekitar 3-5% dari bobot calon induk yang dipelihara. Misalnya, bila bobot calon induk 20 kg, kebutuhan pakan per hari adalah 600-1000 gr, terdiri dari 150-250 gr pelet dan ditambah 450-750 gr makanan tambahan.
Setiap indukan betina yang sudah siap untuk di pijahkan memiliki beberapa tanda, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
- Induk betina lebih jinak dan pergerakannya menjadi lebih lambat sehingga lebih mudah ditangkap.
- Apabila dipegang perut hingga anus akan terasa lembek dan kelihatan besar.
- lika perut diurut ke arah anus makan akan keluar telur vang berwarna kekuningan
- Induk jantan yang siap dipijahkan juga menunjukkan ciri-ciri khusus, sebagaimana berikut: Pergerakannya sangat lincah dan agresif sehingga lebih sulit ditangkap.
- Tubuhnya menjadi lebih ramping dengan warna agak kemerah- merahan.
- Alat kelaminnya semakin menonjol sehingga terlihat lebih jelas. Jika bagian perut diurut (stripping) mengarah ke anus maka akan keluar cairan putih kental (cairan semen).
Teknik pemijahan konvensional mengandalkan kesiapan induk untuk memijah. Sayangnya, terkadang induk tidak menunjukkan tanda- tanda akan memijah. Agar indukan siap memijah berikanlah telur unggas seperti telur ayam atau bebek. Pecahkan telur lalu larutkan isinya ke dalam air hingga merata dan kemudian dimasukkan ke kolam, diaduk- aduk samapai benar-benar larut. Akibatnya, kolam akan menjadi amis sehingga membuat indukan terangsang dan mau memijah.
2. Persiapan Kolam Pemijahan
Setelah induk sudah siap mijah, maka langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan kolam pemijahan, Kolam pemijahan dapat di buat dari kolam terpal atau kolam tembok Ukuran kolam cukup 2 x 2 m untuk sepasang indukan. Kolam sebaiknya diisi air setinggi 30-50 cm dengan ketinggian kolam minimal 0,6 m.
Agar induk tidak melompat keluar, bagian atas kolam diberi penutup dari waring, anyaman bambu atau anyaman daun kelapa. Air yang digunakan untuk memijahkan sebaiknya jangan gunakan air hujan dan air yang tercemar. Buatkan anyaman injuk atau pasang kakaban didasar kolam untuk tempat menempelnya telur. Kakaban sebaiknya dipasang menutup semua dasar kolam dan pasang mendatar supaya telur dapat menempel semua pada kakaban tidak jatuh ke dasar kolam.
3. Pelepasan Induk pada Kolam Pemijahan
Setelah indukan siap mijah selanjutnya pindahkan ke kolam. Lakukan pemindahan secara hati-hati agar ikan tida mengalami stres, terutama induk jantan. Bila siap pijah maka induk jantan akan semakin lincah dan agresif, sementara induk beting semakin lamban dan kurang lincah sehingga lebih mudah untuk dipindahkan.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijhan sebelum pukul 17.00. Lebih awal lebih baik agar indukan bisa saling mengenal. Jangan pernah masukan indukan di siang hari karena induk jantan akan terus mengejar indukan betina. induk biasanya akan terlebih dahulu istirahat sebelum melakukan proses "pengenalan" indukan akan istirahat.
Pengamatan terhadap perilaku indukan menunjukkan bahwa meskipun indukan dimasukkan lebih awal, namun proses pemijahan tetap akan terjadi pada waktu yang sama. Setiap kolam pemijahan hanya diisi sepasang induk yang sudah siap pijah. Jangan lebih dari sepasang karena bisa bertarung sehingga mengakibatkan gagalnya proses pemijahan.
4. Proses Pemijahan
Metode pemijahan sederhana mengandalkan pemijahan alami yang dilakukan induk jantan dan induk betina. Biasanya, lele berpijah pada malam hingga pagi, berlangsung antara pukul 21.00 hingga pukul 06.00 pagi. Proses pemijahan sebenarnya sangat simpel yaitu induk betina mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma Telur dibuahi oleh sperma di luar tubuh, sehingga kemudian disebut sebagai pembuahan luar.
Telur yang berhasil dibuahi akan berwarna bening agak kekuningan, sedangkan telur yang tidak berhasil dibuahi akan menjadi berwarna putih.
Pemijahan secara konvensional memiliki kelemahan, antara lain: waktu pemijahan dan keberhasilannya yang tidak terjamin. Sering kali pemijahan harus menunggu beberapa hari baru berhasil, bahkan kadang tidak membawa hasil sama sekali.
Keberhasilan pemijahan konvensional sangat dipengaruhi oleh kondisi indukan dan lingkungan, Indukan harus benar-benar dalam kondisi siap memijah dan lingkungan (air dan kolam) yang digunakan juga harus benar-benar sesuai.
5. Penetasan Telur
Setelah menjalani pemijahan, induk segera diambil dari kolam agar tidak memakan telurnya sendiri. Telur dapat ditetaskan di dalam kolam pemijahan atau dipindahkan ke kolam penetasan yang berukuran lebih besar. Apabila dibiarkan tetap berada pada kolam pemijahan, sebaiknya airnya diganti dengan yang baru. Apabila telur dipindahkan ke kolam yang baru, gunakan kolam penetasan dengan ukuran yang lebih luas. yaitu 2 x 3 m, 2 x 4 m, atau 3 x 3 m, sesuai jumlah telur yang terdapat pada kakaban.
Kakaban yang telah berisi telur, baik yang dipindahkan ke kolam baru maupun yang tetap dibiarkan di kolam pemijahan, kemudian dibalik. Telur yang semula berada di bagian atas kakaban kemudian diletakkan di bagian bawah kakaban. Di bawah kakaban diletakkan ikatan injuk sebesar bungkus rokok, 2-5 buah, atau dapat pula menggunakan genteng. Fungsinya adalah sebagai tempat berkumpulnya larva yang baru menetas, agar larva jangan sampai terbawa saat kakaban diambil.
Telur akan menetas 24-36 jam setelah pembuahan. Kecepatan penetasasn telur dipengaruhi oleh suhu air. Apabila suhu air cukup hangat (26-28° C), telur akan menetas lebih cepat. Setelah 36 jam, kakaban segera diambil dari kolam penetasan. Warna telur yang tidak menetas akan berubah menjadi kuning pucat, terkadang berjamur.
6. Pemeliharaan larva
Setelah menetas larva tetap dipelihara di kolam peneta Pemeliharaan larva harus ilakukan secara teliti dengan memperhatikan kondisi air dan ketersediaan pakan. Air dalam kolam larva harus terjaga kualitasnya. Setidaknya setiap 2-3 hari sekali harus air tidak boleh dilakukan dengan bantuan pembuangan, karena larva mungkin akan terbawa ana air keluar dari kolam.
Penggantian air dilakukan dengan menciduknya sedikit demi sedikit dan kemudian dituangi sedikit demi sedikit pula Memang lebih sulit, namun dengan cara itu kehilangan larva dapat ditekan. pemeliharaan membuka Penetasan telur dan pemeliharaan larva hingga hari ke-3, larva belum perlu diberi pakan karena larva masih memakan sisa-sisa makanan dari telurnya. Selain itu, larva juga belum cukup kuat untuk makan makanan dari luar. Pada hari ke-4 dan seterusnya, larva mulai diberi pakan alami yang berukuran kecil.
Beberapa jenis pakan yang dianjurkan untuk digunakan antara lain adalah kutu air, cacing sutra, dan cacing darah. Apabila tidak ada, pelet tepung juga dapat diberikan. Kelemahannya, tidak semua pelet yang diberikan akan habis dimakan oleh larva sehingga akan menyebabkan kolam menjadi cepat kotor. Selain itu, larva yang hanya diberi tepung pelet juga tidak akan dapat tumbuh secepat apabila diberi pakan alami.
Hal penting lain yang perlu dilakukan adalah menutup kolam pemeliharaan larva dengan anyaman bambu, anyaman daun kelapa, atau benda lain yang dapat menutupi kolam. Tujuannya untuk mencegah masuknya predator seperti kadal, katak, ular dan predator lain nya.
Setelah tahap pendederan atau pembenihan selesai, maka tahap berikutnya adalah tahap pembesaran. Jika ingin menggeluti usaha pembibitan maka bibit sudah siap kita jual ke peternak untuk di besarkan. Jika ingin menggeluti usaha ternak lele pembesaran lanjutan kan ke tahap selanjutnya yaitu pembesaran.
Waktu pembesaran berbeda-beda, tergantung pada ukuran benih yang ditebarkan. Jika memakai benih 7-8 cm, maka waktu pembesarannya ialah 4 bulan. Sedangkan jika memakai benih ukuran 4-5 cm, waktu pembesarannya sekitar 5-6 bulan. Agar waktu pembesaran lebih cepat, sebaiknya digunakan benih tokolan ukuran 10-12 cm. Dengan memakai benih ukuran ini, panen dapat dilakukan dalam waktu 2-3 bulan setelah penebaran.
Demikian 6 Cara Pemijahan Ikan Lele Di Jamin Sukses Dan Untung semoga bermanfaat.